TULANG BAWANG – Lembaga Konservasi 21 (LK21) menilai, Kabupaten Tulangbawang adalah salah satu wilayah yang disebut sebagai surga wisata “BIRDS WATCHING” yang mungkin perlu untuk dicanangkan dan dipromosikan kepada publik lokal dan internasional.
“Ada wisata birds watching di wilayah dekat dengan rumah Bupati Tulangbawang, Hj. Winarti, tepatnya, di Sungai Burung. Dari hasilsurvey Lembaga Konservasi 21,”ujar Direktur Lembaga Konservasi 21, Edy Karizal.
Ia menjabarkan, disekitar pantai desa – desa Kecamatan Dente Teladas banyak ditemui berbagai jenis burung air besar seoerti pecuk ular (Anhinga melanigester), Pecuk Padi hitam (phalacrocorax sulcirostris), Cangak Merah (Ardea purpurea).
Jenis burung selanjutnya, Kuntul Kerbau (Egretta alba), Kowak malam kelabu (Nyctocorax nyctocorax), Pecuk Padi kecil (Phalocroccorax niger) dan berbagai jenis burung air atau pantai lainnya. Daerah ini kemungkinan tempat berbiaknya juga seperti di Rawa Pacing.
“Dengan karakteristik desa-desa sekitarnya seperti Teladas, Kuala Teladas, Sungai Nibung, Kuala Mahabang, Kuala Seputih dan desa Sungai Burung dumana sebagian pantainya ditumbuhi tanaman mangrove maka perlu upaya pelestariannya berbasis masyarakat,”terangnya.
Beberapa kali LK21 menemukan bahwa masyarakat memelihara anak-anak burung ini. Sedangkan jenis burung ini sdh dilindungi Karena ketidaktahuan masyarakat maka perlu upaya-upaya menjaga wilayah tempat berbiaknya tetap dipertahankan sehingga menjadi potensi
“wisata birds watching dan juga wisata sungai dan petualangan yang tidak ada di tempat lain,”sambungnya.
Edy menambahkan, perlu perhatian Pemda Tulangbawang agar ikon berbagai jenis unggas ini tetap lestari. Lokasi temuan berbagai jenis burung air besar di Sungai Burung dan sekitarnya memiliki nilai penting terhadap ekosistem dan spesiesnya.
“Lokasi ini menyokong kehidupan sejumlah jenis atau anak jenis tumbuhan atau hewan yang telah langka (rare), rentan (vulnerable) atau terancam kepunahan (endangered) atau sejumlah individu dari satu atau lebih jenis-jenis tersebut,”paparnya.
Ekosistem mangrove tersebut, kata dia, juga sebagai habitat penting bagi jenis-jenis burung yang terancam kepunahan, rentan dan/atau langka, seperti Serati Hutan/Itik Rimba (Cairina scutulata), Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus).
“Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Burung -Sepatu Picisan (Metopidius indicus) . Bangau Tongtong dan Bangau Bluwok adalah jenis burung yang telah terancam kepunahan di Indonesia dan telah tercatat dalam Red Data Book dari IUCN dalam kategori vulnerable,”bebernya.
Pemerhati ekosistem ini menjelaskan, diwilayah ini mempunyai nilai khusus dalam hal pemeliharaan genetis dan keragaman ekologis dari wilayah tersebut karena mutu dan kekhasan flora dan faunanya. Ekosistem mangrove di sekitar Sungai Burung sangat penting dilestarikan.
“Kelestariannya mendukung kehidupan sejumlah besar burung-burung air, seperti Kuntul Besar (Egreta alba),Kuntul kerbau (Bulbucus ibis) dan Cangak Merah (Ardea purpurea). Lebih dari itu mangrove ini juga menyokong salah satu koloni burung air yang terbesar di Indonesia,”imbuhnya.
Diwilayah itu, sambungnya, adalah lokasi berbiak yang diketahui di Sumatra untuk spesies Kowak Maling/Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax) dan Pecuk Ular Asia (Anhinga melanogaster).
“Tulangbawang itu Kabupaten yang memiliki kekhasan dalam hal lingkungan dan spesies. Disekitar Kampung Teladas dan Kuala Teladas, masih banyak buaya muara yang sampai hari ini belum tersentuh upaya konservasi.
“Termasuk mangrovenya, kalau saya punya mimpi bagaimana Tuba menjadi tempat Pusat Pendidikan dan Konservasi Lingkungan Hidup. Disana bisa kita bangun homestay atau bangunan Pusat Pendidikan LH dan Wisata air/alam,”tutupnya. (*)
Penulis / Editor : budiaje