Pekerjaan belum Rampung 100 %, Proyek Kotaku 13 Milyar sudah PHO

Screenshot_2022-10-19-14-13-46-559_com.miui_.gallery.jpg

Pekerjaan belum Rampung 100 %, Proyek Kotaku 13 Milyar di Tuba sudah PHO

TULANG BAWANG – Pengerjaan Proyek Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) senilai Rp13.115.440.330,00 bersumber dari dana APBN di Kampung Tunggal Warga, Dwi Warga Tunggal Jaya, Tri Tunggal Jaya, Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang, belum rampung, tapi sudah di PHO.

PHO adalah Serah Terima Sementara Pekerjaan (Provisional Hand Over-PHO) adalah suatu kegiatan serah terima seluruh pekerjaan yang dilakukan secara resmi dari penyedia jasa kepada direksi pekerjaan setelah diteliti terlebih dahulu oleh Panitia Penilai Hasil Pekerjaan.

Sejumlah pihak menilai negatif terhadap pelaksana dan pihak pengawas konsultannya. Sebab, pekerjaan belum rampung 100 % tapi sudah PHO. Hal ini menjadi sorotan publik.

Sejumlah item pekerjaan yang belum diselesaikan diantaranya adalah, penimbunan barem atau bahu badan jalan rabat beton, pekerjaan pemadatan sabes A atau sabes B bahu jalan atau barem. Jenis batu sabes pemadatan yang didugakan adalah batu berwarna kuning dan tampak lembut atau lentur.

Dedi salah satu warga menilai, proyek Kotaku dilaksanakan penuh masalah, ada deret masalah itu antara lain, pekerjaan cor beton penuh retak dan pecah kemudian ditambal sulam, tidak sempurnanya penyiapan landasan hamparan lantai permukaan tanah sebelum dicor beton.

“Bahan material proyek tidak sesuai regulasi. Di duga jenis pasirnya pasir bercampur tanah. Bahkan hamparan lantai tanah berasal dari limbah salah satu pabrik singkong di Tulang Bawang,”kata Dedi.

Dan parahnya lagi, kata Dedi, akibat lambatnya pelaksanaan pekerjaan, sejumlah warga rela melakukan penimbunan bahu jalan secara mandiri. Warga rela beli tanah sendiri untuk meratakan bahu jalan di depan rumah – rumah warga masyarakat. Sampai dengan hari ini pekerjaan timbun tanah bahu jalan belum selesai.

Terpisah, salah satu warga di Kampung Tunggal Warga, menjelaskan bahwa dirinya dan warga lainnya terpaksa harus melakukan penimbunan barem atau bahu jalan secara mandiri.

“Saya beli sendiri Mas tanahnya. Satu mobil harganya dua ratus lima puluh ribu rupiah (Rp.250ribu). Soalnya nunggunya lama gak di timbun – timbun Mas, susah lewatnya,”terangnya. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top