TULANG BAWANG – Madin, seorang pekerja bangunan asal Kampung Bawang Sakti Jaya, Kecamatan Menggala Timur, Tulang Bawang, bercerita tentang perjalanan nasibnya yang memilukan dan menyedihkan, saat berkunjung ke kantor Redaksi Hariantuba.com, Minggu (2/1/2022).
Dengan nada sedih di iringi tetesan air matanya, ia memulai cerita pilunya. Selama menjadi buruh kerja bangunan di sejumlah tempat dirinya tidak mendapatkan upah atau jasa seperti yang diharapkan. Justru sampai sekarang belum dibayar.
Pria paruh baya perantauan asal Tasik Malaya dan menetap di Kampung Bawang Sakti Jaya itu menceritakan kisah pilunya itu secara beruntun dari awal sampai akhir. Bermacam pengakuan pahitnya sebagai pekerja buruh bangunan yang tidak mendapatkan penghargaan atas tetesan keringatnya itu.
Cerita yang paling mengejutkan adalah, saat dia bekerja membangun rumah milik oknum pegawai di Dinas Pasar Kabupaten Tulang Bawang pada awal tahun 2021 yang hingga saat ini jasa dan keringatnya belum terbayar sebanyak Rp15 juta.
“Yang paling sedih adalah kerja bangun rumah di Unit 1, milik pegawai Dinas Pasar Tulang Bawang. Sampai saat ini saya belum dibayar. Padahal sudah lama sekali,”terangnya dengan nada sangat sedih.
Ia mengaku, bahwa dirinya sudah berulangkali menagih atau meminta bayaran. Tapi sayangnya, setiap kali menagih ia mendapatkan jawaban yang mengecewakan dan menyedihkan dan akhirnya gagal membawa sekantong uang untuk keluarganya itu.
“Saya sudah sering nagih Mas. Tapi selalu gagal. Orang yang bersangkutan bilang belum ada uang, belum ada kiriman dari anaknya yang merantau kerja di luar daerah. Begitu terus jawabannya mas, saat di tagih,”kata dia.
Saat ditanya, langkah apa yang akan diambilnya itu, ia menjawab akan menunggunya sampai beberapa waktu ke depannya. Selanjutnya akan minta bantuan kepada pihak yang bisa membantunya.
“Untuk saat ini saya tunggu dulu. Meskipun hari ini dan hari esok saya sedang sulit ekonomi. Bila tidak ada niat untuk bayar , ya terpaksa saya minta bantuan pihak lain,”terangnya panjang lebar.
Ternyata kisah pilunya itu bukan hanya saat kerja menjadi buruh bangunan di tempat satu orang saja. Melainkan banyak tempat dan banyak orang yang telah mengecewakan dan mengabaikan tetesan keringatnya itu.
Sederet kisah pilunya itu terdokumen secara rinci, lengkap dan detail oleh Hariantuba.com, dan akan menjadi bahan untuk pemberitaan. Dengan harapan bisa menjadi alat penyambung komunikasi dengan pihak – pihak yang merasa telah merugikannya. (Pram)